Sunday 27 January 2013

HINDU-BUDHA di JAWA TENGAH



1.      Masuknya Hindu-Budha di Jawa Tengah
 Indonesia mempunyai wilayah yang sangat strategis dalam percaturan perdagangan dunia. Hal ini dikarenakan wilayah laut Indonesia yang sering dilewati oleh para pedagang barat yang akan menuju ke timur ataupun pedagang dari timur yang akan menuju ke barat. Karena wilayah yang sangat strategis itu, wilayah di Indonesia sering pula dijadiakn sebagai tempat singgah bagi para pedagang. Tempat itu adalah pesisir-pesisir pantai termasuk pula wilayah Jawa Tengah. Para pedagang yang singgah tersebut umumnya membawa hal-hal baru yang nantinya akan diterima oleh masyarakat asli daerah pesisir. Salah satunya adalah agama Hindu-Budha yang berkembang di Jawa Tengah.
Agama Hindu-Budha di Jawa Tengah diperkirakan Masuk pada awal tarikh masehi dan dibawa oleh para pedagang/musafir dari India, antara lain : Maha Resi Agastya, yang kemudian di Pulau Jawa dikenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan musafir dari China yang bernama Budha Pahyien. Setelah diterima di wilayah pesisir, kemudian agama Hindu-Budha berkembang di wilayah-wilayah lain di Jawa Tengah. Hal itu ditunjukan dengan munculnya kerjaan-kerajaan dan peradaban Hindu-Budha di Jawa Tengah.

2.      Perkembangan Hindu-Budha di Jawa Tengah
Perkembangan Hindu-Budha di Jawa Tengah ditandai dengan munculnya kerjaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha. Di Jawa Tengah dikenal dengan adanya dua wangsa yaitu wangsa Syailendra dan wangsa Sanjaya. Keduanya merupakan dua penguasa besar yang berada pada masanya masing-masing.
Wangsa Syailendra atau Dinasti Syailendra adalah penguasa di Jawa Tengah yang berasal dari Sumatera. Dikisahkan Syailendra berasal dari Sriwijaya dan datang ke jawa untuk menguasai jawa yang dikenal membangkang pada kerajaan Sriwijaya. Pada awalnya Dinasti Syailendra menaklukan Kerajaan Tarumanegara dan Ho Ling tetapi pada akhirnya menduduki wilayah Jawa Tengah.
            Salah satu kerajaan yang berkembang pada wangsa Syailendra adalah kerajaan Medang. Kerajaan Medang atau kerajaan Mataram sebenarnya berada dalam dua kekuasaan yaitu wangsa Syailendra dan wangsa Sanjaya. Tetapi yang berbeda adalah agama yang dianut, pada masa wangsa Syailendra lebih mengutamakan agama budha dan wangsa Sanjaya menganut Hindu Shiwa. Adapun raja-raja yang berkuasa pada wangsa Syailendra adalah Bhanu (752-775), raja pertama dan pendiri wangsa Syailendra, Wisnu (775-782), Candi Borobudur mulai dibangun, Indra (782-812), Samaratungga (812-833), Candi Borobudur selesai dibangun, Pramodhawardhani (833-856), Balaputra Dewa ( 833-850).
            Salah satu peninggalan wangsa Syailendra yang terkenal adalah Candi Borobudur yang merupakan candi umat Budha Mahayana. Candi ini didirikan pada tahun 800-an Masehi. Menurut sejarawan, J.G. de Casparis, pada tahun 1950 berpendapat bahwa Borobudur merupakan tempat pemujaan. Yang dimaksud ialah pemujaan bagi para Budha. Di dinding candi terdapat banyak relief yang memiliki cerita tersendiri. Relief-relief pada Candi Borobudur ditulis dalam Bahasa Sansekerta.
            Selain candi Borobudur, banyak pula peninggalan candi dari Dinasti Syailendra. Pada umumnya, candi-candi tersebut bercorak Budha seperti Candi Mendhut, Candi Pawon, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Bumbung, Candi Sewu, Candi Plaosan dan candi Sajiwan.
            Runtuhnya wangsa Syailendra dikarenakan adanya perbedaan kekuasaan antara penguasa yang beragama Budha dan rakyat yang mayoritas beragama Hindu Shiwa. Untuk mensiasati hal tersebut, Raja Samaratungga menikahkan putrinya, Pramodha Wardhani dengan Rakai Pikatan yang ketika itu menjadi pangeran dari wangsa Sanjaya. Tetapi pada akhirnya, Dinasti Syailendra runtuh pada tahun 850 yakni ketika Balaputra Dewa diserang oleh Rakai Pikatan dimana Balaputra Dewa sendiri adalah saudara dari Pramodhawardhani.
            Wangsa Sanjaya merupakan penguasa jawa Tengah yang menganut agama Hindu. Sebelum terjadi perkawinan politik antara Pramodhawardhani dan Rakai Pikatan, Dinasti Sanjaya memiliki kekuasaan di Jawa Tengah bagian utara. Prof. Dr. J.G. de Casparis menduga bahwa Dinasti Sanjaya menguasai Jawa Tengah bagian utaradan Dinasti Syailendra menguasai Jawa Tengah bagian selatan.j
            Raja-raja yang pernah memimpin pada masa Dinasti Sanjaya adalah Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, dan Rakai Watuhumalang. Banyak pula candi-candi peninggalan Dinasti Sanjaya, diantaranya adalah candi yang berada di dataran tinggi Dieng, Kompleks Kreng Gunung Ungaran (Candi Gedong Songo, Candi Kalitaman, Candi Kaliklotok, Candi Argokusumo, Candi Gonoharjo, dan sebagainya), Candi Dukuh (Dekat Banyu Biru) dan masih banyak lagi terdapat bekas-bekas reruntuhan candi di beberapa daerah pesisir utara Jawa Tengah.k Selain terdapat pula Candi Prambanan yang terletak di bagian selatan Jawa Tengah.
3.      Kehidupan sosial masyarakat pada masa Hindu-Budha di Jawa Tengah
Jawa Tengah merupakan daerah dengan penghasil utama dalam bidang agraris. Hal inilah yang menyebabkan sektor pertanian menempati kedudukan utama dalam hal perekonomian. Prasasti Canggal memberiakn Ilustrasi kepada kita bahwa Pulau Jawa adalah pulau yang menghasikan berita. Berita dari Prasasti Canggal itu dapat ditafsirkan bahwa kemungkinan besar beras merupakan hasil bumi utama bagi Pulau Jawa  disamping hasil bumi yang lain.l Selain dalam sektor pertanian masih ada beberapa sektor-sektor lain yang juga menonjol dan menunjang kemakmuran diantaranya adalah tambang/pandai emas, tukang kayu, barang pecah belahdan lain sebagainya.
Untuk kehidupan sosial masyarakat Sendhi di Jawa Tengah, khususnya pada masa Hindu juga mengenal kasta-kasta seperti halnya di India walaupun jurang pemisah antar kasta tidak seekstrem yang ada di India.
4.      Berakhirnya masa kejayaan Hindu-Budha di Jawa Tengah
          Masa kejayaan Hindu-Budha di Jawa Tengah mulai tergusur akibat masuknya pengaruh agama Islam di Pulau Jawa. Pengaruh agama Islam sendiri masuk di wilayah pesisir utara Pulau Jawa sekitar abad ke 14-15 Masehi. Sepert halnya agama Hindu-Budha, masuknya agama Islam juga dibawa oleh pedagang-pedagang dari luar seperti dari Arab, Persia dan Gujarat. Perkembangan agama islam berlangsung dengan cepat dan mulai menggusur pengaruh Hindu-Budha di Jawa Tengah, hal ini dibuktikan dengan munculnya kerajaan Islam di Jawa Tengah diantaranya kerajaan Demak (tahun 1981) yang menandai masuknya agama Islam di Jawa Tengah.

No comments:

Post a Comment