Indonesia
mempunyai wilayah yang sangat strategis dalam percaturan perdagangan dunia. Hal
ini dikarenakan wilayah laut Indonesia yang sering dilewati oleh para pedagang
barat yang akan menuju ke timur ataupun pedagang dari timur yang akan menuju ke
barat. Karena wilayah yang sangat strategis itu, wilayah di Indonesia sering
pula dijadiakn sebagai tempat singgah bagi para pedagang. Tempat itu adalah
pesisir-pesisir pantai termasuk pula wilayah Jawa Tengah. Para pedagang yang
singgah tersebut umumnya membawa hal-hal baru yang nantinya akan diterima oleh
masyarakat asli daerah pesisir. Salah satunya adalah agama Hindu-Budha yang
berkembang di Jawa Tengah.
Agama Hindu-Budha di Jawa Tengah
diperkirakan Masuk pada awal tarikh masehi dan dibawa oleh para
pedagang/musafir dari India, antara lain : Maha Resi Agastya, yang kemudian di
Pulau Jawa dikenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan musafir dari
China yang bernama Budha Pahyien. Setelah diterima di wilayah pesisir, kemudian
agama Hindu-Budha berkembang di wilayah-wilayah lain di Jawa Tengah. Hal itu
ditunjukan dengan munculnya kerjaan-kerajaan dan peradaban Hindu-Budha di Jawa
Tengah.
2. Perkembangan Hindu-Budha di Jawa Tengah
Perkembangan Hindu-Budha di Jawa Tengah
ditandai dengan munculnya kerjaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha. Di Jawa
Tengah dikenal dengan adanya dua wangsa yaitu wangsa Syailendra dan wangsa
Sanjaya. Keduanya merupakan dua penguasa besar yang berada pada masanya
masing-masing.
Wangsa
Syailendra atau Dinasti Syailendra adalah penguasa di Jawa Tengah yang berasal
dari Sumatera. Dikisahkan Syailendra berasal dari Sriwijaya dan datang ke jawa
untuk menguasai jawa yang dikenal membangkang pada kerajaan Sriwijaya. Pada
awalnya Dinasti Syailendra menaklukan Kerajaan Tarumanegara dan Ho Ling tetapi
pada akhirnya menduduki wilayah Jawa Tengah.
Salah
satu kerajaan yang berkembang pada wangsa Syailendra adalah kerajaan Medang. Kerajaan
Medang atau kerajaan Mataram sebenarnya berada dalam dua kekuasaan yaitu wangsa
Syailendra dan wangsa Sanjaya. Tetapi yang berbeda adalah agama yang dianut,
pada masa wangsa Syailendra lebih mengutamakan agama budha dan wangsa Sanjaya
menganut Hindu Shiwa. Adapun raja-raja yang berkuasa pada wangsa Syailendra
adalah Bhanu (752-775), raja pertama dan pendiri wangsa Syailendra, Wisnu
(775-782), Candi Borobudur mulai dibangun, Indra (782-812), Samaratungga
(812-833), Candi Borobudur selesai dibangun, Pramodhawardhani (833-856),
Balaputra Dewa ( 833-850).
Salah satu peninggalan wangsa
Syailendra yang terkenal adalah Candi Borobudur yang merupakan candi umat Budha
Mahayana. Candi ini didirikan pada tahun 800-an Masehi. Menurut sejarawan, J.G.
de Casparis, pada tahun 1950 berpendapat bahwa Borobudur merupakan tempat
pemujaan. Yang dimaksud ialah pemujaan bagi para Budha. Di dinding candi
terdapat banyak relief yang memiliki cerita tersendiri. Relief-relief pada
Candi Borobudur ditulis dalam Bahasa Sansekerta.
Selain candi Borobudur, banyak pula
peninggalan candi dari Dinasti Syailendra. Pada umumnya, candi-candi tersebut
bercorak Budha seperti Candi Mendhut, Candi Pawon, Candi Kalasan, Candi Sari,
Candi Bumbung, Candi Sewu, Candi Plaosan dan candi Sajiwan.
Runtuhnya wangsa Syailendra
dikarenakan adanya perbedaan kekuasaan antara penguasa yang beragama Budha dan
rakyat yang mayoritas beragama Hindu Shiwa. Untuk mensiasati hal tersebut, Raja
Samaratungga menikahkan putrinya, Pramodha Wardhani dengan Rakai Pikatan yang
ketika itu menjadi pangeran dari wangsa Sanjaya. Tetapi pada akhirnya, Dinasti
Syailendra runtuh pada tahun 850 yakni ketika Balaputra Dewa diserang oleh
Rakai Pikatan dimana Balaputra Dewa sendiri adalah saudara dari Pramodhawardhani.
Wangsa Sanjaya merupakan penguasa
jawa Tengah yang menganut agama Hindu. Sebelum terjadi perkawinan politik
antara Pramodhawardhani dan Rakai Pikatan, Dinasti Sanjaya memiliki kekuasaan
di Jawa Tengah bagian utara. Prof. Dr. J.G. de Casparis menduga bahwa Dinasti
Sanjaya menguasai Jawa Tengah bagian utaradan Dinasti Syailendra menguasai Jawa
Tengah bagian selatan.j
Raja-raja yang pernah memimpin pada
masa Dinasti Sanjaya adalah Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan,
Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, dan Rakai
Watuhumalang. Banyak pula candi-candi peninggalan Dinasti Sanjaya, diantaranya
adalah candi yang berada di dataran tinggi Dieng, Kompleks Kreng Gunung Ungaran
(Candi Gedong Songo, Candi Kalitaman, Candi Kaliklotok, Candi Argokusumo, Candi
Gonoharjo, dan sebagainya), Candi Dukuh (Dekat Banyu Biru) dan masih banyak
lagi terdapat bekas-bekas reruntuhan candi di beberapa daerah pesisir utara
Jawa Tengah.k
Selain terdapat pula Candi Prambanan yang terletak di bagian selatan Jawa
Tengah.
3. Kehidupan sosial masyarakat pada masa Hindu-Budha di Jawa Tengah
Jawa
Tengah merupakan daerah dengan penghasil utama dalam bidang agraris. Hal inilah
yang menyebabkan sektor pertanian menempati kedudukan utama dalam hal
perekonomian. Prasasti Canggal memberiakn Ilustrasi kepada kita bahwa Pulau
Jawa adalah pulau yang menghasikan berita. Berita dari Prasasti Canggal itu
dapat ditafsirkan bahwa kemungkinan besar beras merupakan hasil bumi utama bagi
Pulau Jawa disamping hasil bumi yang lain.l
Selain dalam sektor pertanian masih ada beberapa sektor-sektor lain yang juga
menonjol dan menunjang kemakmuran diantaranya adalah tambang/pandai emas,
tukang kayu, barang pecah belahdan lain sebagainya.
Untuk
kehidupan sosial masyarakat Sendhi di Jawa Tengah, khususnya pada masa Hindu
juga mengenal kasta-kasta seperti halnya di India walaupun jurang pemisah antar
kasta tidak seekstrem yang ada di India.
4. Berakhirnya masa kejayaan Hindu-Budha di Jawa Tengah
Masa
kejayaan Hindu-Budha di Jawa Tengah mulai tergusur akibat masuknya pengaruh
agama Islam di Pulau Jawa. Pengaruh agama Islam sendiri masuk di wilayah
pesisir utara Pulau Jawa sekitar abad ke 14-15 Masehi. Sepert halnya agama Hindu-Budha,
masuknya agama Islam juga dibawa oleh pedagang-pedagang dari luar seperti dari
Arab, Persia dan Gujarat. Perkembangan agama islam berlangsung dengan cepat dan
mulai menggusur pengaruh Hindu-Budha di Jawa Tengah, hal ini dibuktikan dengan
munculnya kerajaan Islam di Jawa Tengah diantaranya kerajaan Demak (tahun 1981)
yang menandai masuknya agama Islam di Jawa Tengah.
No comments:
Post a Comment